Mengenal Tokoh Tasawuf Imam Al-Ghazali
Minggu, 03 Maret 2019
Tambah Komentar
Sebagai orang Islam sudah mengenal istilah Ilmu Tasawuf. Ilmu ini digunakan untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun dhahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi. Kali ini kita akan membahas tentang salah satu pemikiran seorang alim dan terkenal dengan karyanya yang begitu mendunia di bidang Ilmu Tasawuf. Tokoh yang dimaksud yaitu Imam Al-Ghazali yang bernama lengkap Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al-Imam Abu Hamid Al-Ghazali. Beliau terkenal dengan sebutan Hujjatul Islam. Beliau di lahirkan di Thus, suatu tempat yang terdapat di Khurasan (Iran) pada tahun 450 H atau 1058 M.
Iman Al-Ghazali merupakan anak dari seorang ayah miskin yang Saleh. Ayah Al-Ghazali sangat senang berkunjung kepada Alim Ulama untuk belajar. Di saat mengikuti pelajaran dari Gurunya, Ayah Al-Ghazali sering menangis serta berdoa memohon kepada Allah. Semoga dikaruniai anak-anak yang pintar dalam hal agama. Akhirnya Allah mengabulkanya dengan diberikan dua putra yang bernama Imam Al-Ghazali dan Ahmad adiknya. Semasa Al-Ghazali masih kecil, Ayahnya wafat. Sesuai dengan dengan wasiat dari sang Ayah, akhirnya Al-Ghazali dan adiknya diasuh oleh seorang Ahli Tasawuf. Oleh karena itu, ilmu tasawuf sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan jiwa Al-Ghazali.
Al-Ghazali terkenal dengan ketajaman otaknya, sehingga namanya sering di sebut-sebut oleh Gurunya yang bernama Ahmad bin Muhammad Ar-Radzkani di dalam majlis-majlis pengajian. Selain itu, Al-Ghazali juga belajar Ilmu Tasawuf kepada Imam Haramain. Kemudian melanjutkan pelajarannya ke Nishabur, dengan seorang alim terkenal bermadzab Syafi’i.
Pada suatu masa Al-Ghazali dihadapkan oleh suatu masalah yang muncul di Baghdad yaitu tentang bermacam-macam saling mengakui bahwa ajaran yang mereka bawa adalah benar. Oleh sebab itu, semua aliran-aliran itu diselidiki dan dipelajari sedalam-dalamnya dengan melakukan uzlah (Mengasingkan diri) untuk beribadah mencari kebenaran yang sesungguhnya. Beliau meninggalkan harta bendanya, jabatanya dan meninggalkan orang-orang yang dicintainya. Beliau beruzlah selama sepuluh tahun. Dari Baghdad beliau berangkat ke Syam dan selama dua tahun itu beliau melakukan ulzah, khalwah, riyadhah dan mujahadah menurut ajaran shufi. Hal itu dimaksudkan untuk menjernihkan bathin. Selain itu, setiap harinya beliau juga melaksanakan I’tikaf di Masjid Damsyik di atas menara dengan pintu tertutup. Serta, masih ada beberapa hal yang dilakukan Al-Ghazali dalam mencari kebenaran dari masalah-masalah di Baghdad.
Setelah melaksanakan uzlah selama sepuluh tahun banyak pelajaran dan terbukalah rahasia yang tidak terhitung jumlahnya, tidak mungkin untuk di-istiqsa. Dalam kitabnya yang berjudul Ihya’ Ulumudin ( Menghidupkan ilmu-ilmu agama) dan Minhajul Abidin (Jalan bagi ahli ibadah) yang kurang lebih berisi tentang bagaimana beliau mempelajari, menyelidiki dan mengalami secara langsung tentang hidup kaum shufiyah yang diyakini kebenaranya oleh Al-Ghazali. Tentang kebenaran kaum Sufi ini dalam menempuh jalan yang dikehendaki oleh Allah Swt.
Terdapat dua kitab lagi, namun kurang terkenal di Indonesia. Terkenal di dunia Barat, yaitu Maqashidul Falasifah (Maksud ahli-ahli Falsafah) dan Tahafutuln Falasifah (Kekacau balauan ahli-ahli falsafah). Dalam buku ini Al-Ghazali banyak menunjukkan kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para ahli falsafah (Filosof). Ada banyak butiran-butiran hikamah Imam Al-Ghazali diantaranya yaitu:
Ada empat hal yang menguatkan penglihatan yaitu duduk ke arah kiblat, bercelak ketika tidur, memandang kepada yang hijau dan membersihkan pakaian. Selain itu ada empat hal yang melelahkan penglihatan yaitu memandang kepada yang jijik, memandang kepada orang dipancung, memandang kepada kemaluan wanita, dan duduk membelakangi kiblat.
Itulah beberapa kisah tentang Imam Al-Ghazali yang saat ini karyanya sudah menyebar di beberapa penjuru dunia. Semoga artikel ini dapat member manfaat bagi para Pembaca. Sekian dari kami, dan terimakasih.
Iman Al-Ghazali merupakan anak dari seorang ayah miskin yang Saleh. Ayah Al-Ghazali sangat senang berkunjung kepada Alim Ulama untuk belajar. Di saat mengikuti pelajaran dari Gurunya, Ayah Al-Ghazali sering menangis serta berdoa memohon kepada Allah. Semoga dikaruniai anak-anak yang pintar dalam hal agama. Akhirnya Allah mengabulkanya dengan diberikan dua putra yang bernama Imam Al-Ghazali dan Ahmad adiknya. Semasa Al-Ghazali masih kecil, Ayahnya wafat. Sesuai dengan dengan wasiat dari sang Ayah, akhirnya Al-Ghazali dan adiknya diasuh oleh seorang Ahli Tasawuf. Oleh karena itu, ilmu tasawuf sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan jiwa Al-Ghazali.
Al-Ghazali terkenal dengan ketajaman otaknya, sehingga namanya sering di sebut-sebut oleh Gurunya yang bernama Ahmad bin Muhammad Ar-Radzkani di dalam majlis-majlis pengajian. Selain itu, Al-Ghazali juga belajar Ilmu Tasawuf kepada Imam Haramain. Kemudian melanjutkan pelajarannya ke Nishabur, dengan seorang alim terkenal bermadzab Syafi’i.
Pada suatu masa Al-Ghazali dihadapkan oleh suatu masalah yang muncul di Baghdad yaitu tentang bermacam-macam saling mengakui bahwa ajaran yang mereka bawa adalah benar. Oleh sebab itu, semua aliran-aliran itu diselidiki dan dipelajari sedalam-dalamnya dengan melakukan uzlah (Mengasingkan diri) untuk beribadah mencari kebenaran yang sesungguhnya. Beliau meninggalkan harta bendanya, jabatanya dan meninggalkan orang-orang yang dicintainya. Beliau beruzlah selama sepuluh tahun. Dari Baghdad beliau berangkat ke Syam dan selama dua tahun itu beliau melakukan ulzah, khalwah, riyadhah dan mujahadah menurut ajaran shufi. Hal itu dimaksudkan untuk menjernihkan bathin. Selain itu, setiap harinya beliau juga melaksanakan I’tikaf di Masjid Damsyik di atas menara dengan pintu tertutup. Serta, masih ada beberapa hal yang dilakukan Al-Ghazali dalam mencari kebenaran dari masalah-masalah di Baghdad.
Setelah melaksanakan uzlah selama sepuluh tahun banyak pelajaran dan terbukalah rahasia yang tidak terhitung jumlahnya, tidak mungkin untuk di-istiqsa. Dalam kitabnya yang berjudul Ihya’ Ulumudin ( Menghidupkan ilmu-ilmu agama) dan Minhajul Abidin (Jalan bagi ahli ibadah) yang kurang lebih berisi tentang bagaimana beliau mempelajari, menyelidiki dan mengalami secara langsung tentang hidup kaum shufiyah yang diyakini kebenaranya oleh Al-Ghazali. Tentang kebenaran kaum Sufi ini dalam menempuh jalan yang dikehendaki oleh Allah Swt.
Terdapat dua kitab lagi, namun kurang terkenal di Indonesia. Terkenal di dunia Barat, yaitu Maqashidul Falasifah (Maksud ahli-ahli Falsafah) dan Tahafutuln Falasifah (Kekacau balauan ahli-ahli falsafah). Dalam buku ini Al-Ghazali banyak menunjukkan kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para ahli falsafah (Filosof). Ada banyak butiran-butiran hikamah Imam Al-Ghazali diantaranya yaitu:
Ada empat hal yang menguatkan penglihatan yaitu duduk ke arah kiblat, bercelak ketika tidur, memandang kepada yang hijau dan membersihkan pakaian. Selain itu ada empat hal yang melelahkan penglihatan yaitu memandang kepada yang jijik, memandang kepada orang dipancung, memandang kepada kemaluan wanita, dan duduk membelakangi kiblat.
Itulah beberapa kisah tentang Imam Al-Ghazali yang saat ini karyanya sudah menyebar di beberapa penjuru dunia. Semoga artikel ini dapat member manfaat bagi para Pembaca. Sekian dari kami, dan terimakasih.
Belum ada Komentar untuk "Mengenal Tokoh Tasawuf Imam Al-Ghazali"
Posting Komentar