MAKALAH TEORI ASIMETRI INFORMASI


KATA PENGANTAR

      Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.Dalam makalah ini kami membahas “TEORI ASIMETRI INFORMASI”.
     Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman yang sangat diperlukan dalam suatu harapan informasi “TEORI ASIMETRI INFORMASI”
      Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................... 2
1.3. Tujuan......................................................................................................................... 2
1.4. Manfaat....................................................................................................................... 2
BAB II TEORI ASIMETRI INFORMASI...................................................................... 3
2.1. Pengertian Teori Asimetri Informasi........................................................................... 3
2.2. Teori Asimetri Informasi............................................................................................. 5
2.3. Biaya Informasi.........................................................................................................   11
2.4. Signalling...................................................................................................................   12
2.5. Jenis Asimetri Informasi............................................................................................ 17
2.6. Studi Kasus ; Asimetri Informasi Dan Manajemen Laba:
  Suatu Tinjauan Dalam Hubungan Keagenan............................................................. 18
2.7. Studi Kasus : Asimetri informasi dalam perbankan syariah....................................... 22
BAB III PENUTUP......................................................................................................... 24
3.1. Kesimpulan................................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 25


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
     Perlahan tapi pasti pasar modal Indonesia mengalami kebangkitan dari krisis moneter beberapa tahun lalu. Saat ini banyak investor yang kembali mempercayai potensi pasar modal Indonesia dan tertarik untuk menanamkan modalnya. Namun adanya praktik manajamen laba pada laporan keuangan emiten dapat menurunkan kembali kepercayaan investor.
     Dalam pengolahan aktivitas perusahaan, seringkali tindakan para manajer memaksimalkan kemakmuran investor sebagai pemilik perusahaan, melainkan justru termotivasi untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri. Hal ini muncul akibat adanya perbedaan kepentingan antara investor dengan para manajer yang lebih banyak mengetahui tentang informasi internal perusahaan. Konflik ini terjadi karena adanya pemisahan antara fungsi kepemilikan dan fungsi manajamen perusahaan, yang dalam teori keuangan disebut konflik keagenan.
     Laporan keuangan sebagai sarana untuk mengurangi asimetri informasi antara pihak manajamen dan pemilik perusahaan ternyata memiliki kelemahan. Isi dari laporan keuangan mengandung banyak penilaian serta pilihan metode perhitungan yang dapat digunakan pihak manajamen untuk memodifikasi laporan keuangan perusahaan.
     Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk membuat makalah dengan judul “TEORI ASIMETRI INFORMASI”.

1.2.    Rumusan Masalah
     1.2.1.        Apa pengertian teori asimetri informasi?
     1.2.2.        Bagaimana deskripsi mengenai teori asimetri informasi?
     1.2.3.        Bagaimana deskripsi mengenai biaya informasi terhadap asimetri
          informasi?
     1.2.4.        Bagaimana pengaruh signalling terhadap asimetri informasi
     1.2.5.        Bagaimana jenis-jenis teori asimetri yang ada?
     1.2.6.        Bagaimana studi kasus mengenai asimetri informasi?

1.3.    Tujuan
     1.3.1.        Untuk mengetahui pengertian asimetri informasi.
     1.3.2.        Untuk mengetahui deskripsi mengenai teori asimetri informasi.
     1.3.3.        Untuk mengetahui deskripsi mengenai biaya informasi terhadap
          asimetri informasi.
     1.3.4.        Umtuk mengetahui pengaruh signalling terhadap asimetri
          Informasi.
     1.3.5.        Untuk mengetahui jenis-jenis teori asimetri yang ada.
     1.3.6.        Untuk memahami studi kasus mengenai asimetri informasi.

1.4.    Manfaat
     1.4.1.        Dapat mengetahui pengertian asimetri informasi.
1.4.2. Dapat mengetahui deskripsi mengenai teori asimetri informasi.
1.4.3. Dapat mengetahui deskripsi mengenai biaya informasi terhadap asimetri informasi.
1.4.4. Dapat mengetahui pengaruh signalling terhadap asimertri informasi.
1.4.5. Dapat mengetahui jenis-jenis teori asimetri yang ada.
1.4.6. Dapat memahami studi kasus mengenai asimetri informasi.

BAB II
TEORI ASIMETRI INFORMASI


              2.1. Pengertian Teori Asimetri Informasi
Dalam hubungan keagenan terjadi pemisahan kepentingan antara investor/ pemilik perusahaan (principal) dan pengelola perusahaan (agent) . Dengan pemisahan ini, investor memiliki kepentingan laba yang maksimal (berupa capital gain dan deviden)  dan agen memiliki kepentingan memaksimalkan pertumbuhan perusahaan. Investor memberikan kewenangan secara penuh kepada pengelola (agent) untuk mengurus jalannya perusahaan, seperti mengelola dana dan mengambil kebijakan perusahaan lainnya untuk dan atas nama investor/ pemilik perusahaan (principal). Dengan kewenangan yang dimiliki agen ini, mungkin saja agen tidak bertindak seperti yang diharapkan investor karena adanya perbedaan kepentingan (conflict of interest) antara principal dan agent.
Teori keagenan memiliki asumsi bahwa investor (baca; pemilik perusahaan) dan agen (baca: pengelola/ manajer) cenderung berusaha untuk memaksimumkan kesejahteraan masing-masing sehingga ada kemungkinan jika pengelola tidak bertindak pada kepentingan investor (Jensen dan Meckling, 1976: 5).
Asimetri Informasi (information asymmetry) merupakan perbedaan kondisi informasi yang ditcrima oleh investor dan manajer. Seorang investor yang berpengalaman akan melakukan investasi di pasar dan selalu mencari informasi mengenai saham terlebih dahulu sebelum melakukan investasi. Sementara investor yang baru mengenal dunia investasi akan memutuskan investasi meskipun dengan bermodalkan informasi yang sangat minim di pasar.
Investor yang pintar akan melakukan diskusi dengan analis untuk mendapatkan gambaran perusahaan secara lengkap schingga melakukan investasi dengan tepat dan mendapatkan kapital gain di masa mendatang.
Informasi yang lengkap tentang kondisi perusahaan tentunya dimiliki oieh para agen (pengelola) perusahaan seperti jajaran direksi dan manager perusahaan. informasi ini tidak mungkin bisa keluar ke publik begitu saja karena agen tersebut harus memenuhi regulasi yang ada dalam menyampaikan informasi ke publik. Informasi tersebut selalu ditahan perusahaan dan menginformasikannya di waktu yang tepat. Disebutkan Myres dan Mai juf (1984:195), bisa saja pihak perusahaan menyampaikan informasi tentang perusahaannya, namun tidak secara detail.
Masalah asimetri informasi ini merupakan topik yang sangat penting untuk dibahas, terutama terkait dengan masalah perdagangan saham internasional, di mana dimungkinkan investor domestik lebih memiliki informasi yang lebih valid dan lengkap dibandingkan investor asing. Sehingga menimbulkan keengganan investor asing untuk menaruh dananya dalam sekuritas asing (FCang dan Stulz (1997), Brennan dan Cao (1997), dan Grinblatt dan KLeloharju (2001) dalam Chan, et.al., 2008:159).
Sesuai dengan uraian di atas, maka kami pan dang perlu untuk membahas masalah asimetri informasi beserta hal-hal yang berkaitan dengan tema tersebut, di antaranya adalah masalah keagenan, sikap oportunis, kebijakan deviden, dll (faktor yang mempengaruhi keputusan investasi). Atau asimetri informasi dan dampaknya pada kebijakan-kebijakan yang terjadi di dalam sebuah perusahaan serta solusinya yang ditawarkan oleh beberapa pakar keuangan.
Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana agen (agent) mempunyai informasi yang lebih banyak tentang kondisi perusahaan dan prospek (perusahaan) dimasa yang akan datang dibandingkan dengan investor (pemilik perusahaan), Kondisi perbedaan informasi ini memberikan kesempatan kepada agen (yang mengusai informasi) untuk memanipulasi          pelaporan         keuangan           sebagai            usaha   untuk   memaksimalkan kemakmurannya (Amaliah, T.H. : 8).
Manajer selaku agen mengetahui informasi internal perusahaan dan seharusnya informasi ini juga sampai pada investor sebagai pemilik perusahaan. sehingga manajer memberikan informasi (seluruh kondisi perusahaan; untung dan rugi) kepada pemilik tanpa ada yang disembunyikan. Namun pada faktanya, Informasi yang disampaikan oieh manajer terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya karena manajer cenderung untuk melaporkan sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya (kemakmurannya). Keadaan yang seperti ini dikenal dengan asimctri informasi yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan praktik manajemen laba (earning management). Asimctri informasi yang terjadi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu demi memperoleh kcuntungan pribadi. Asimetri informasi inilah yang kemudian menjadi pemicu munculnya praktik manajemen laba di perusahaan.
Contoh situasi dimana penjual memiliki informasi lebih baik ada banyak, termasuk di dalamnya penjual mobil bekas, pialang saham, agen real estate, dan asuransi jiwa.
2.2. Teori Asimetri Informasi
Asimetri informasi  merupakan kondisi di mana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi (user).
Teori asimetri mengatakan bahwa pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan resiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan dengan pihak lainnya. Manajer biasanya mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan dengan pihak luar (investor) karena itu bisa dikatakan terjadi asimetri informasi antara manajer dengan infestor. Infestor, yang merasa mempunyai informasi yang lebih sedikit akan berusha menginterpretasikan perilaku manajer. Dengan kata lain, perilaku manajer termasuk dalam perilaku penentuan struktur modal.
Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan           yang    sesuai   dengan            keinginan         dan      kepentingan     untuk memaksimumkan utility bagi dirinya. Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor, akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada.
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan.
2.2.1. Manajemen Laba
Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Fischer dan Rosenzweig (1995) mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan seorang manajer dengan menyajikan laporan yang menaikan (menurunkan) laba periode berjalan dari unit usaha yang menjadi tanggungjawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan (penurunan) profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang. Sedangkan menurut Healy dan Wahlen (1999), manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.
Healy dan Wahlen (1999), menyatakan bahwa definisi manajemen laba mengandung beberapa aspek. Pertama intervensi manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan judgment, misalnya judgment yang dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukan dalam laporan keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis dan nilai residu aktiva tetap, tanggungjawab untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan nilai asset. Disamping itu manajer memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti metode penyusutan dan metode biaya. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen memiliki akses terhadap informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak luar.
Ada berbagai motivasi yang mendorong dilakukannya manajemen laba. Teori akuntansi positif (Positif Accounting Theory) mengusulkan tiga hipotesis motivasi manajemen laba, yaitu: (1) hipotesis program bonus (the bonus plan hypotesis), (2) hipotesis perjanjian hutang (the debt covenant hypotesis), dan (3) hipotesis biaya politik (the political cost hypotesis) (Watts dan Zimmerman, 1986).
Motivasikontrakmunculkarenaperjanjian antara manajer dan pemilik perusahaan berbasis pada kompensasi manajerial dan perjanjian hutang (debt covenant). Semakin tinggi rasio hutang/ekuitas suatu perusahaan, yang ekuivalen dengan semakin dekatnya (yaitu semakin ketat) perusahaan terhadap kendala-kendala dalam perjanjian hutang dan semakin besar probabilitas pelanggaran perjanjian, semakin mungkin manajer untuk menggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan income (Belkaoui, 2000).
Motivasi bonus merupakan dorongan manajer perusahaan dalam melaporkan laba yang diperolehnya untuk memperoleh bonus yang dihitung atas dasar laba tersebut. Manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih mungkin menggunakan metodemetode akuntansi yang meningkatkan income yang dilaporkan pada periode berjalan. Alasanya adalah tindakan seperti itu mungkin akan meningkatkan persentase nilai bonus jika tidak ada penyesuaian untuk metode yang dipilih (Belkaoui, 2000). Penelitian Healy (1985) menggunakan pendekatan program bonus manajemen, yaitu bahwa manajer akan memperoleh bonus secara positif ketika laba berada di antara batas bawah (bogey) dan batas atas (cap). Ketika laba berada di bawah bogey manajer tidak mendapatkan bonus, dan ketika laba berada diatas cap manajer hanya mendapatkan bonus tetap.
Motivasi regulasi politik merupakan motivasi manajemen dalam mensiasati berbagai regulasi pemerintah. Perusahaan yang terbukti menjalankan praktik pelanggaran terhadap regulasi anti trust dan anti monopoli, manajernya melakukan manipulasi laba dengan menurunkan laba yang dilaporkan (Cahan, 1992; Jogiyanto dan Ainun, 1998). Perusahaan juga melakukan manajemen laba untuk menurunkan laba dengan tujuan untuk mempengaruhi keputusan pengadilan terhadap perusahaan yang mengalami damage award (Hall dan Stammerjohan, 1997). Selain itu Income taxation juga merupakan motivasi dalam manajemen laba (Lilis, 2001). Pemilihan metode akuntansi dalam pelaporan laba akan memberikan hasil yang berbeda terhadap laba yang dipakai sebagai dasar perhitungan pajak.
2.2.2. Asimetri Informasi Dan Konflik Keagenan
Artikel Akerlof (1970) adalah salah satu artikel pertama yang menginvestigasi asimetri ekonomi, Asumsi asimetri infomasi ini mendasari karya- karya terbaru seperti biaya agensi, signaling, adverse selection, dll (Myers dan Majluf, 1984: 196).
Dalam analisis Noe.T.H. dan Rebello, M.J., (1996), dinyatakan bahwa perusahaan mulanya dimiliki oleh pemegang saham dan kemudian dikelola oleh manajer -yang diberi wewenang untuk mengambil kebijakan layaknya pemilik perusahaan dalam hal mencari dana untuk peluang investasi-. Manajer memiliki kelebihan berupa keterampilan yang unik  sehingga mampu meningkatkan upah sewa mereka. Dengan demikian, timbul upaya peluang bagi manajer untuk mengambil berbagai peluang terkait dengan informasi perusahaan untuk meningkatkan nilai sewa-nya tersebut (noe dan Rebello, 1996: 638),
Dalam hal informasi, pemegang saham dan manajer memiliki informasi masingmasing tentang prospek perusahaan. Sebagai orang yang memiliki peluang atas nilai sewa, bisa saja manajer menyembunyikan sebagian informasi (memiliki informasi yang lebih banyak) atas pihak pemegang saham sehingga di pasar modal menimbulkan masalah adverse selection (Noe dan Rebello, 1996: 638). Adverse selection senddiri dapat diartikan sebagai salah memilih, hal ini merupakan bentuk kegagalan pasar yang terjadi akibat informasi yang asimetris. 
Adapun solusi untuk masalah adverse selection dalam keagcnan dapat disimpulkan oleh Noe dan Rcbello (1996) hanya dcngan penyamaan pcrsepsi; misalnya, pengendalian pembayaran dividen kepada pemegang saham pcrusahaan. Oportunisme manajerial dapat dikurangi dengan meningkatkan pembayaran dividen (Noe dan Rebello, 1996: 638).
2.2.3. Asimetri Informasi Dan Manajemen Laba
Schift dan Lewin (1970) dalam Hartono dan Riyanto (1997), menyatakan bahwa agent berada posisi yang mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan dibandingkan dengan principal. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Sehingga dalam kondisi semacam ini principal seringkali pada posisi yang tidak diuntungkan.
Dalam penyajian informasi akuntansi, khususnya penyusunan laporan keuangan, agent juga memiliki informasi yang asimetri sehingga dapat lebih fleksibel mempengaruhi pelaporan keuangan untuk memaksimalkan kepentingannya. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 2002). Namun karena adanya kondisi yang asimetri, maka agent dapat mempengaruhi angkaangka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.
2.2.4. Asimetri Informasi Dan Oportunisme
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa masing-masing pihak (investor dan manager) memiliki informasi yang berbeda mengenai kinerja perusahaan sehingga menimbulkan adverse selection.
Menurut Neo dan Rebello (1996: 644) biaya adverse selection memaksa perusahaan mengambil kebijakan berupa ketergantungan pad a pembiayaan utang luar. Perusahaan dapat mengurangi ketergantungan nya pada pembiayaan utang luar dengan mengurangi pembayaran dividen atau meningkatkan ketergantungannya pada pembiayaan ekuitas/ modal. Hal ini terjadi sebagai efek dari pembatasan oportunisme manajerial yang mengendalikan biaya adverse selection.
Terdapat efek oportunisme dari masing-masing pihak, baik manajerial maupun investor terkait dengan antisipasi terjadinya adverse selection menurut Neo dan Rebello (! 996: 651), yaitu:
1)      Implikasi Pengendalian Investor
a)      Pemilik saham akan menerima konsesi sewa manajer yang disebabkan oleh pembiayaan saja, jika biaya adverse selection tinggi. Dengan demikian, tingginya pembiayaan utang menyampaikan informasi kurang menguntungkan sedangkan meningkatnya pembiayaan ekuitas menyampaikan informasi yang menguntungkan,
b)      Pemegang Saham akan mengurangi pembayaran dividen saja, jika mereka dipaksa untuk melakukannya karena biaya adverse selection tinggi. Dengan demikian, mengurangi pembayaran dividen merupakan sinyal informasi yang menguntungkan.
c)      Perusahaan yang dikendalikan pemegang saham kekurangan sumber dana internal tidak dapat menjadi sinyal infonnasi murah yg baik dengan memangkas pembayaran dividen. Oleh itu, mereka akan dipaksa untuk lebih mengandalkan pada pembiayaan ekuitas.
2)      Implikasi Pengendalian Manajer
a)      Manajer akan mentolerir dividen yang lebih tinggi dan peningkatan petugas di konsesi sewa saja ketika mereka menghadapi biaya adverse selection tinggi. Dengan demikian, pembayaran dividen yang iebih tinggi menyampaikan informasi yang lebih menguntungkan.
b)      Manajer akan menerima konsesi sewa kepada pemegang saham atas pembiayaan utang saja jika mereka dipaksa untuk melakukannya karena biaya adverse selection. Jadi, sinyal pembiayaan utang merupakan informasi yang menguntungkan.
c)      Perusahaan yang dikendalikan manajer kekurangan sumber dana tidak dapat menjadi sinyal informasi murah dengan meningkatkan pembayaran dividen. Dengan demikian, mereka akan dipaksa untuk mengandalkan lebih banyak pada pembiayaan utang.
3)      Implikasi Umum
a)      Peningkatan asimetri informasi mempengaruhi peningkatan distorsi kebijakan keuangan oleh perusahaan-perusahaan dengan informasi yang menguntungkan. Dengan demikian, ketika asimetri informasi besar, dispersi cross-sectional iebih besar dalam kebijakan pembiayaan harus diamati.
b)      Karena underpricing adalah sinyal terakhir, underpricing akan terjadi hanya ketika asimetri informasi besar.
2.3. Biaya Informasi
Biaya informasi akan timbul pada saat pihak manajer memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan investor. Pihak manajer perusahaan tidak dapat menyampaikan informasi dengan mengatakan: "mangenai perusahaan ini kami memiliki prospek besar, namun kami tidak bisa menyampaikannya secara detail kepada anda ",
Ungkapan manajer yang demikian ini mengandung nilai (biaya) besar bagi para investor ataupun calon investor. Dalam kondisi seperti ini, berarti manajer perusahaan memiliki inscntif atas informasi yang dimiliki. Biaya informasi akan diperlukan sebagaimana para investor luar ingin mengetahui kondisi pesaingnya. Dan nantinya, perusahaan harus menyiapkan verifikasi yang cukup detail untuk menunjukkan keadaan yang sebenarnya. (Myers dan Majluf, 1982:195)
2.4. Signalling
Myers dan Majluf (1984: 208) menunjukkan bahwa tinggi rendahnya tingkat hutang perusahaan merupakan sinyal atas nilai perusahaan. Di mana rendahnya tingkat hutang, memberikan arti tingkat investasi yang rendah. Sehingga peran kurangnya investasi (underinvestment) sebagai sinyat kualitas perusahaan.
Analisis yang dilakukan Noe dan Rebello (1996: 651) menyatakan bahwa prilaku investasi sebagai sinyal dapat dimanipulasi. Jika nilai perusahaan turun karena kurangnya investasi yang cukup tinggi, hal ini (kurangnya investasi) dapat mcndominasi altematif kebijakan keuangan seperti mengurangi pembayaran dividen, pembiayaan ekuitas, dan underpricing, sebagai sinyal kualitas perusahaan. Dari argumen ini jeJas bahwa kegunaan kurangnya investasi sebagai sinyal bergantung pada biaya marjinal yang menyimpang dari kebijakan investasi terbaik. Ketika biaya marjinal tinggi, perusahaan akan lebih memilih untuk memanfaatkan kebijakan keuangan sebagai sinyal informasi.
Asimetri Informasi Dalam Pasar Modal Internasional
Sebagaimana diungkapkan di atas, bahwa masalah asimetri informasi juga terjadi di dunia pasar modal internasional, di mana investor asing selalu memiliki informasi yang cenderung dirugikan dibandingkan investor domestik, Untuk mengantisipasi hal ini, yang dilakukan investor asing (kebanyakan) membeli saham dari perusahaanperusahaan besar yang mengungkapkan keuangan yang lebih besar. Dalam hal ini mereka bersedia membayar dengan harga yang tinggi (Chan, et.al., 2008:160).
Seperti pasar modal di China dan negara berkembang lainnya, investor asing merasa sulit untuk memperoleh dan mengakses informasi tentang perusahaan-perusahaan di China. Bahkan asimetri informasi di China lebih parah karena hak perlindungan investor tidak diatur seeara hukum (Chakravarty, Sarkar, dan Wu (1998)). (Chan, et.ai., 2008:160)
2.4.1. Asimetri Informasi Dan Kebijakan Investasi Dan Deviden
Perusahaan memiliki satu aset yang ada dan satu peluang investasi. investasi dapat dibiayai dengan cara menerbitkan saham, penarikan kas perusahaan, atau menjual surat berharga. Jumlah total kas dan surat berharga ini disebut sebagai financial slack (Myers dan Majluf, 1982:190)
Perusahaan dapat membangun financial slack dengan membatasi dividen ketika membutuhkan investasi. Uang tunai yang disimpan diadakan sebagai efek atau pinjaman eadangan. Cara lain untuk membangun slack adalah dengan menerbitkan saham di suatu periode ketika manajer menginformasikan laba perusahaan kecil (Myers dan Majluf, 1982: 220).
Keputusan investasi, pembiayaan atau deviden yang optimal dalam perusahaan (sebagaimana dirangkum dalam artikel Fama dan Miller berdasarkan karya Miller dan Modigliani) mengasumsikan bahwa investor dan manajer memiliki infonnasi yang sama dalam hal laba perusahaan dan kesempatan masa yang akan datang (Miller dan Rock, 1985: 1031).
Selanjutnya Miller dan Rock (1985) mengembangkan suatu model mengenai hubungan antara asimetri informasi dengan tingkat laba sekarang (current earning) dan tingkat investasi perusahaan (level of invesment), yang menurutnya, karena earnings diasumsikan berkorelasi dari waktu ke waktu, investor luar bisa memprediksi earnings masa mendatang bila laba sekarang sudah diketahui (Miller dan Rock, 1985: 1031).
Dalam literatur manajemen keuangan, dua teori yang sering digunakan untuk menjclaskan fenomena mengapa perusahaan membagikan dividcn, yaitu pecking order dan signaling theory. Dua teori tersebut digunakan sebagai kerangka teori yang berkaitan asimetri informasi dengan kebijakan dividen. Pecking order theory merupakan salah satu teori yang mendasari pembiayaan perusahaan.
Myers (1984: 581) berpendapat bahwa keputusan pendanaan berdasarkan pecking order theoiy mengikuti urutan pendanaan sebagai berikut: 1) lebih baik dana internal dibandingkan eksternal, 2) bila menggunakan dana ekstemal pilih surat berharga bebas risiko, 3) kebijakan dividcn bersifat konstan (sticky)^ 4) jika diperlukan banyak dana eksternal maka memilih urutan surat berharga dari risk free debt, risky debt, covertible security, saham preferen, common stock,
Senada dengan Neo dan Rebello (1996: 646) bahwa pembiayaan perusahaanperusahaan dalam kontrol investor: pertama kali akan menggunakan dana internal, lalu menggunakan pembiayaan ekuitas, dan akhirnya menjual kiaim under priced,
Menekan Biaya Asimetri Informasi
Telah disinggung di atas bahwa setiap individu senantiasa memiliki kepentingan dalam aktivitas ekonominya sehingga dapat dipastikan kepentingan satu individu bisa bertentangan dengan kepentingan individu yang lain. Untuk mengurangi dan bahkan menghilangkan benturan kepentingan antar individu (secara kliusus; investor dan agen) yang bersifat oportunis yaitu dengan pendekatan sistem Islam dan pengelolaan organisasi.
Pertama untuk meneyelesaikan masalah asimetri informasi adalah pembenahan mental para peiaku ekonomi dan secara khusus para pelaku keuangan. Mengingat masalah asimetri informasi dapat terjadi di berbagai aspek keliidupan manusia, seperti ekonomi, politik, hukum dan aspek lain yang berhubungan dengan muamalah, maka setiap individu harus diberikan motivasi tentang pentingnya kejujuran dan bersikap amanat sebagaimana Islam telah mengajarkannya. Dengan sikap jujur dan amanat akan tercipta lingkungan yang penuh dengan transparansi dan tanggungjawab sebagaimana yang disepakati dalam kontrak antara dua belah pihak. Firman Allah menyebutkan: "Hai orang- orang yang beriman, penuhilah akad-akad (kesepakatan kontrak) itu.." (QS.A1- Maidah[5j: 1), dan firmanNya: "Dan jika kamu khawatir akan pengkhianatan dari suatu gohngan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan
cam yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat" (QS.A1-Anfal[8]: 58).
Solusi selanjutnya (terlepas dari doktrin agama) yang dapat digunakan untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi pcrilaku opportunistic manajemen adalah corporate governance. Prinsip-prinsip pokok corporate governance yang perlu dipcrhatikan untuk terselenggaranya praktik good corporate governance yaitu transparansi (transparency), akuntabilitas {accountability), kewajaran (fairness), dan responsibilitas (responsibility), independensi (independency). Corporate governance diharapkan dapat meminimalkan tindakan manajemen laba. Dengan memperlakukan good corporate governance berarti sama halnya dengan menekan biaya asimetri informasi.
2.4.2. Myers Dan Majluf (1977)
Teori Packing Order sangat sesuai dengan kenyataan empiris tetapi teori tersebut pada awalnya kurang dibicarakan dalam lingkungan akademis. Myers dan Majluf (1977)kemudian memberikan justifikasi teoritis. Mereka membua asimetri informasi antara manajer dengan pihak luar. Tujuannya untuk menjelaskan fenomena menarik yang sering kali dijumpai yaitu harga saham cenderung mengalami penurunan pada saat pengumuman penerbitan saham baru.
Menurut Myers dan Majluf (1977) ada asimetri informasi antara manajer dengan pihak luar manajer mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingkan dengan pihak luar. Pada saat harga saham menunjukan nilai yang sangat tinggi (over value) manajer akan cenderung mengeluarkan saham (memanfaatkan harga yang terlalu tinggi). Tentunya pihak luar (pasar) tidak mau ditipu, karena itu pada saat pengumuman saham baru di umumkan harga akan jatuh karena pasar menginterpretasikan harga saham sudah over value. Teori tersebut bisa menjelaskan fenomena jatuhnya harga saham pada saat terjadi pengumuman penerbitan saham baru.
Jika harga saham jatuh cukup serius pemegang saham lama akan dirugikan jika dilakukan penerbitan saham baru. Sebaliknya pemegang saham baru akan diuntungkan karena bisa membeli saham dengan harga murah. Karena jatuhnya harga saham tersebut berkaitan dengan asimetri informasi maka dikatakan bahwa ada biaya asimetri informasi yang berkaitan dengan penerbitan saham. Biaya tersebut akan semakin besar jika harga saham jatuh cukup signifikan.
Dibandingkan dengna saham, pengumuman penerbitan utang menurut pengamatan biasanya disertai dengan penurunan harga saham yang lebih kecil. Dilihat dari asimetri informasi sekuritas utang mempunyai asimetri informasi yang lebih kecil dibandingkan dengan saham. Utang mempunyai pendapatan yang bersifat tetap (bunga utang), karena itu ketidakpastian pendapatan utang lebih kecil dibandingikan dengan ketidapastian saham. Asimetri informasi dari utang tidak sebesar asimetri untuk saham. Dengan kata lain biaya asimetri utang lebih kecil dibandingkan dengan biaya asimetri saham.
Karena biaya asimetri saham cenderung paling besar, manajer akan enggan untuk menerbitkan saham. Saham menjadi alternatif paling akhir dalam upaya mencari dana. Dana internal praktis bebas dari biaya asimetri informasi, karena itu dana internal akan dipilih pertama kali jika perusahaan mebutuhkan dana. Jika kebutuhan dana masih ada, maka perusahaan akan menerbitkan utang. Jika kebutuhan dana masih ada, maka langkah terakhir adalah penerbitan saham.
Teori asimetri tersebut bisa digunakan untuk menjelaskan teori packing order (perusahaan memilih dana internal, dan menggunakan penerbitan sebagai langkah terakhir). Dalam konteks asimetri informasi, penerbitan saham yang paling kecil (urutan paling rendah), disebabkan biaya asimetri saham adalah yang paling besar. Utang mempunyai asimetri yang lebih rendah dibandingkan saham. Dana internal bebas dari biaya asimetri, oleh karena itu dana internal mempinyai asimetri paling kecil. Karenanya, urut-urutan preferensi penggunaan berdasarkan asimetri biaya adalah :
1.      Dana Internal
2.      Utang
3.      Penerbitan
Oleh karena itu model asimetri informasi bisa dipakai menjelaskan stuktur modal. Tetapi dengan adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara principal dan agent untuk saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri. Eisenhardt (1989) mengemukakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu:
1.      manusia pada umunya mementingkan diri sendiri (self interest),
2.      manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality)
3.      manusia selalu menghindari resiko (risk adverse).
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut menyebabkan bahwa informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya dan dapat dipercaya tidaknya informasi yang disampaikan.
2.5. Jenis Asimetri Informasi
Menurut Scott (2000), ada dua Jenis asimetri informasi:
2.5.1.      Adverse Selection
Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam (insiders) lainnya lebih mengetahui kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada para investor luar.
Para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.
2.5.2.      Moral Hazard
Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksitransaksi mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar.
Kegiatan yang dilakukan oleh manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
    2.6.    Studi Kasus ; Asimetri Informasi Dan Manajemen Laba:  Suatu Tinjauan Dalam Hubungan Keagenan[1]
Masalah agensi telah menarik perhatian yang sangat besar dari para peneliti di bidang akuntansi keuangan (Fuad, 2005). Masalah agensi timbul karena adanya konflik kepentingan antara shareholder dan manajer, karena tidak bertemunya utilitas yang maksimal antara mereka. Sebagai agent, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun disisi yang lain manajer juga mempunyai kepentingan memaksimumkan kesejahteraan mereka. Sehingga ada kemungkinan besar agent tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik principal (Jensen dan Meckling, 1976).
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymetric). Asimetri informasi terjadi karena manajer lebih superior dalam menguasai informasi dibanding pihak lain (pemilik atau pemegang saham).
Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu memperoleh keuntungan pribadi. Dalam hal pelaporan keuangan, manajer dapat melakukan manajemen laba (earnings management) untuk menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan.
Tindakan  earnings  management  telah memunculkan dalam beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, WorldCom dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett et al, 2006). Dalam kasus Enron misalnya, Satu dampak yang sangat jelas yaitu kerugian yang ditanggung para investor dari ambruknya nilai saham yang sangat dramatis dari harga per saham US$ 30 menjadi hanya US$ 10 dalam waktu dua minggu. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah mengapa suatu perusahaan kelas dunia dapat mengalami hal yang sangat tragis dengan mendeklarasikan bangkrut justru setelah hasil audit keuangan perusahaannya dinyatakan “wajar tanpa syarat” (Alijoyo, 2003). Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Gideon, 2005).
Makalah ini berupaya memberikan paparan tentang topik tersebut dengan mengawalinya melalui pembahasan tentang teori agensi. Pembahasan selanjutnya mengenai hubungan asimetri informasi terhadap manajemen laba dan diakhiri dengan corporate governance sebagai upaya untuk meminimalkan masalah keagenan.
2.6.1. Teori Keagenan
Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game theory (Mursalim, 2005), yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama.
Scott (2000) menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Kontrak kerja yang dimaksud dalam penulisan makalah ini adalah kontrak kerja antara pemilik modal dengan manajer perusahaan. Dimana antara agent dan principal ingin memaksimumkan utility masing-masing dengan informasi yang dimiliki.
Tetapi di satu sisi, agent memiliki informasi yang lebih banyak (full information) dibanding dengan principal di sisi lain, sehingga menimbulkan adanya asimetry information. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utilitynya. Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor, akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada. Oleh karena itu, terkadang kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan oleh manajemen perusahaan tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau investor.
2.6.2. Asimetri Informasi
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan.
Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan itu sendiri.
Namun yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para pengguna eksternal (diluar manajemen). Laporan keuangan tersebut penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali, 2002). Para pengguna internal (para manajemen) memiliki kontak langsung dengan entitas atau perusahannya dan mengetahui peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi, sehingga tingkat ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal.
Situasi ini akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Yaitu suatu kondisi di mana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi (user).
2.6.3. Kesimpulan
Asimetri informasi terjadi karena manajer lebih superior dalam menguasai informasi dibanding pihak lain (pemilik atau pemegang saham). Dengan asumsi bahwa individuindividu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Sehingga dengan adanya asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) dalam rangka memaksimumkan utilitynya.
Salah satu cara yang di gunakan untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic manajemen adalah corporate governance (Watts, 2003). Prinsip-prinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya praktik good corporate governance adalah; transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), keadilan (fairness), dan responsibilitas (responsibility).
Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Dengan kata lain corporate governance diarahkan untuk mengurangi asimetri informasi antara principal dan agent yang pada akhirnya dapat menurunkan tindakan manajemen laba.

2.7. Studi Kasus : Asimetri informasi dalam perbankan syariah
Asimetri informasi  menjadi  masalah  besar  dalam  perbankan  syariah.  Asimetri  informasi merupakan suatu keadaan di mana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaanyang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan (McDonald, 1994: 23). Masalah ketidak setaraan informasi menyebabkan dispersi masalah ikutan serius dunia perbankan (Thadden, 2001: 2) dengan munculnya beragam kasus perbankan syariah. Asimetri informasi dapat diantisipasidan diminimalkan dengan mengungkapkan informasi yang lebih berkualitas (Ariccia, 1998:3).  Munculnya  kasus-kasus  perbankan  disebabkan  oleh  pengungkapan  informasi  yangberkualitas buruk.Babczuk (2003: 7) menggolongkan tipe asimetri informasi yaitu: 1) Adverse Selection: adalah asimetri  informasi  yang  terjadi  satu  pihak  atau  lebih  yang  melangsungkan  atau  akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti manajer perusahaandan para pihak dalam (insiders) lainnya lebih mengetahui kondisi kini dan prospek ke depansuatu perusahaan daripada para investor luar;  2)  Moral  Hazard:  adalah asimetri informasi yang terjadi ketika satu pihak yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha  atau  transaksi usaha  potensial  dapat  mengamati  tindakan-tindakan  mereka  dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar. Contoh pertama seperti dalam perjanjian akad penyimpanan uang antara bank dengan pemilik uang, jika dicermati pasal perpasal cenderung mengatur kewajiban nasabah, sedangkan bank syariah selalu  berdalih  akad,  sehingga akad selalu menjadi senjata  bagi  bank  tanpamemperhatikan kewajiban bank untuk menjelaskan setiap konsekuensi tanda tangan akadmeskipun hal ini juga terjadi  pada  bank  konvensional. Contoh kedua yaitu pada produk pembiayaan bank syariah. Pasal-pasal dalam akad pembiayaan juga mengikat atas konsekuensi.
Asimetri informasi dalam transaksi perbankan syariah di Indonesia (Slamet Haryono) keuangan pembiayaan bagi penerima pembiayaan atau “kreditur”. Ditinjau dari substansi keuangan  penerima  pembiayaan  adalah  sama  dengan  terminologi  kredit  pada  bankkonvensional.  Akad-akad  seperti  juga  bank  konvensional  cenderung  mengamankankeuntungan bagi bank.
  
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Asimetri Informasi (information asymmetry) merupakan perbedaan kondisi informasi yang ditcrima oleh investor dan manajer. Seorang investor yang berpengalaman akan melakukan investasi di pasar dan selalu mencari informasi mengenai saham terlebih dahulu sebelum melakukan investasi. Sementara investor yang baru mengenal dunia investasi akan memutuskan investasi meskipun dengan bermodalkan informasi yang sangat minim di pasar.

DAFTAR PUSTAKA
Ali Irfan (2002). Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi. Lintasan Ekonomi Vol. XIX. No.2. Juli 2002
Anis Baridwan.         (2003). “Good Corporate Governance: Aturan-aturan dalam
Governing Mechanism”. Seminar Sehari: Issues Application & Research In Corporate Governance Dalam Rangka Launching Pusat Studi Corporate Governance FE UTY.
Belkoui dan Ahmed Riahi. (2000). Accounting theory, 4th Edition, Thomson Learning.
Cahan, S.F. (1992). The Effect A Antitrust Investigations on Discretionary Accruals A Refined Test of the Political Cost Hipotesis. The Accounting Review. Vol. 67 No. 1. January, hal. 77-95.
Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H. (2006). Earnings Management, Corporate Governance, and True Financial Performance. http://papers.ssrn.com/
Eisenhardt, Kathleem. M. (1989). Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of management Review, 14, hal 57-74
F. Antonius Alijoyo. (2003). Rasio Keuangan dan Praktek Corporate Governance. h t t p : / / w w w . f c g i . o r . i d . g / r a s i o / keuangan14-08-2002
Fuad. (2005). Simultanitas Dan “Trade-Off” Pengambilan   Keputusan   Finansial Dalam Mengurangi Konflik Agensi: Peran  Dari  Corporate  Ownership  .Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005.
Fisher, Marilyn, dan Kenneth Rosenzweigh. (1995). Attitudes of Students and accounting Practitioners Concerning the Ethical Acceptability of Earnings Management. Journal of Business Ethics, Volume 14, hal. 443-444
Gideon SB Boediono. (2005). Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate
Governace dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis


[1] OYONG LISA, Asimetri Informasi Dan Manajemen Laba: Suatu Tinjauan Dalam Hubungan
Keagenan, Jurnal WIGA Vol. 2 No. 1, Maret 2012 ISSN NO 2088-0944



Download Makalah : MAKALAH TEORI ASIMETRI INFORMASI

Belum ada Komentar untuk "MAKALAH TEORI ASIMETRI INFORMASI"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel